16 Feb 2011

Sebuah catatan | Menyikapi Serangan Terhadap Ahmadiyah Dalam Perspektif Seorang Muslim

Jalan-jalan kita kali ini adalah ke kampung Cikeusik, Pandeglang, Banten. Ada apa disana? Mari kita dengarkan ulasan berikut :
Akhir-akhir ini kita mendengar bahwa sering terjadi konflik SARA. Satu kelompok menyerang kelompok lain. Masing-masing merasa paling benar sehingga berhak menghakimi kelompok lain dengan mengatas namakan agama.
Peristiwa-peristiwa itu seperti merupakan cerita serial yang berkelanjutan dan sebenarnya sudah ada sejak dulu. Serial terakhir yang paling hangat adalah penyerangan terhadap jama’ah ahmadiyah di cikeusik, pandeglang, banten yang menewaskan 3 orang pengikut ahmadiyah. Menurut berita ahmadiyah merupakan agama yang mengakui ada nabi terakhir sesudah nabi muhammad SAW. Dan ahmadiyah menganggap agamanya juga islam. Hal inilah yang mendorong sekelompok orang melakukan penyerangan, karena menganggap aliran ahmadiyah adalah aliran agama islam yang sesat.

 Bagaimanakah sebenarnya hal tersebut seharusnya kita pahami?..dalam artikel ini saya mencoba memahami konflik tersebut sebatas pengetahuan saya sebagai seorang muslim. Pemahaman awal kita dalah bahwa saat ini kita hidup di negara yang bukan negara islam. Artinya hukum yang berlaku di Indonesia bukan hukum islam. Melainkan berdasar UUD 45 dan Pancasila. Sehingga aturan agama islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah tidak bisa diterapkan secara meyeluruh dalam kehidupan berbangsa. Contohnya hukum potong tangan untuk pencuri. Di Indonesia belum bisa diberlakukan. Hukum rajam bagi pelaku perzinahan. Juga belum bisa diterapkan. Sehingga perilaku main hakim sendiri di Cikeusik bukan merupakan solusi yang tepat untuk menyampaikan aspirasi kita tentang kemurnian ajaran islam. Masih ada solusi-solusi bijak untuk meyelesaikan persoalan tersebut.

Selanjutnya lebih mendalam lagi kita akan mengupas beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bagaimana seharusnya sebagai seorang muslim menyikapi sebuah perbedaan. Dalam surat Al-Baqoroh ayat 256 Allah SWT berfirman : “Tidak ada paksaan untuk(memasuki ) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat . Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Tagut (Syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah SWT) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Dalam surat tersebut telah jelas bahwa dalam beragama islam tidak ada paksaan. Yang paling penting ahmadiyah tidak mengganggu kehidupan beragama kita dan saling menghormati. Sehingga SKB tiga menteri yang menjelaskan bahwa jamaah ahmadiyah tidak boleh menyebarkan ajarannya adalah tepat. Karena akan mengganggu kemurnian ajaran islam. Menurut pandangan saya selama mereka tidak mempengaruhi orang muslim untuk mengikuti mengikuti ajaran mereka sebenarnya tidak perlu dipersoalkan. Mengenai mereka yang masih mengaku islam kita sebagai muslim berdo’a saja dan selalu memperdalam ilmu agama kita agar keimanan dan ketaqwaan kita semakin kuat.  Barangsiapa yang beriman kapada Allah sesungguhnya ia telah berpegang teguh pada tali buhul yang kuat yang tidak akan putus. Sehingga dalam beragama kita tidak boleh ikut-ikutan.

Allah SWT menjanjikan bagi orang yang beriman dan bertakwa di dalam surat Al-A’raf 96: “ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” Dari ayat tersebut di atas ada yang lebih penting untuk segera kita lakukan yakni menjadi pribadi-pribadi yang beriman dan bertaqwa. Dimulai dari diri kita, kemudian keluarga kita. Jikalau masing-masing pribadi muslim menyadari apa tugas dan tanggungjawanya Allah menjanjikan berkah dari langit dan bumi. Maka mulai sekarang belajarlah agama di mana saja. Pahami ayat-ayat Allah dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam surat Ali-Imron ayat 133-135 Allah SWT berfirman :”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuaan keji atau menganiaya diri sendiri mereka inga akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapakan lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.”
Demikianlah sifat-sifat orang beriman dan bertaqwa. Semoga Allah melindungi diri kita dari pengaruh-pengaruh hawa nafsu dan syaitan yang mendorong kita berbuat pelanggaran agama. Dan semoga kejadian ahmadiyah ini kita jadikan pelajaran berharga bagi orang muslim untuk menambah keimanan dan ketawaan kita. Marilah kita berdo’a “Ya Allah berilah hambaMu ini kekuatan untuk selalu ingat kepadaMu, bersyukur kepadaMu dan memperbaiki ibadah keadaMu.” amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar